Minggu, 08 April 2012

IMPLIKASI PERKEMBANGAN ANAK TUNARUNGU TERHADAP LINGKUNGAN


Pada umumnya orang masih berpendapat bahwa anak tunarungu tidak dapat berbuat apapun. Pandangan yang semacam ini sangat merugikan anak tunarungu. Karena adanya pandangan ini biasanya dapat kita lihat sulitnya anak tunarungu untuk memperoleh lapangan pekerjaan. Disamping pandangan karena ketidakmampuannya tadi, Ia sulit untuk bersaing dengan orang normal.

Kesulitan memperoleh pekerjaan di masyarakat mengakibatkan timbulnya kecemasan, baik dari anak itu sendiri maupun dari keluarganya, sehingga lembaga pendidikan dianggap tidak dapat berbuat sesuatu karena anak tidak dapat bekerja sebagaimana biasanya. Oleh karena itu masyarakat hendaknya dapat memperhatikan kemampuan yang dimiliki anak tunarungu walaupun hanya merupakan sebagian kecil dari pekerjaan yang telah lazim dilakukan oleh orang normal pada umumnya. Untuk menunjang keaktifan anak tunarungu agar mereka tidak disisihkan dari masyarakat dan tidak di anggap remeh dalam masyarakat maka diperlukan peranan orang tua dalam pendidikan anak tunarungu serta implikasi untuk peningkatan layanan pendidikan dan latihan bagi anak tunarungu.

1.      Peranan orang tua dalam pendidikan anak tunarungu
Setiap orang tua pasti tidak pernah membayangkan bahwa anaknya akan menyandang pendikat anak luar biasa atau berkelainan. Masa-masa yang paling kritis dalam kehidupan orang tua adalah ketika mereka harus mengakui bahwa anaknya berkelainan. Keadaan tersebut akan menimbulkan berbagai macam reaksi. Beberapa diantaranya akan berusaha menghindari dari kenyataan ini, seperti dengan menyembunyikan anak tersebut. Tetapi ada juga yang berhati mulia menghadapi kenyataan tersebut bahkan sekaligus memikirkan masa depan anak yang berkelainan. Penting untuk disadari bahwa penerimaan yang secepatnya dari orang tua terhadap kelainan anaknya serta membuat rencana untuk masa depan anaknya adalah merupakan suatu kebijakan yang paling besar. baik untuk kebahagiaan anak itu sendiri maupun untuk orang tua atau keluarganya. Sikap positif yang dituntut dari orang tua adalah sikap menerima sebagaimana adanya yaitu sikap yang bijaksana yang mencerminkan ketulusan terhadap kehendak ilahi, sehingga dapat membahagiakan anak tunarungu. Sikap menerima tidak berarti menyerah kepada nasib dirinya maupun anaknya tanpa memikirkan dan merencanakan prospek kehidupan masa depan anaknya. Sikap menerima justru mendorong motivasi utuk merencanakan kesejahteraan kehidupan lahir dan batin yang layak sesuai dengan kemampuan dan kebutuhannya sebagai individu, sebagai anggota keluarga, maupun sebagai anggota masyarakat. Ada persepsi lain bahwa pada Pada awalnya banyak orang tua yang bersikap menolak bahwa anaknya difonis sebagai kurang mendengar atau tunarungu. Biasanya sikap menolak dan tidak mau menerima terhadap kekurangan anaknya. Bahkan kadangkala orang tua atau keluarga saling menyalahkan dan saling tuding sehingga akan menimbulkan kekacauan baru berupa keretakan rumah tangga. Adapun sikap orang tua terhadap anak selanjutnya adalah sikap terlalu melindungi (over protection) dan semua gerak anak selalu diawasi.Seiring dengan berkembangnya anak, maka kesulitan lainnya yang muncul adalah masalah penciptaan bahasa isyarat bagi anak. Bagi anak akan berbeda bila dihadapkan pada dunia atau kelompok orang-orang yang tidak mengerti bahasa isyaratnya.Dampak ketunarunguan yang telah tercermin dalam karakteristik, semuanya berpengaruh terhadap kelancaran berjalannya proses pendidikan.

Berikut ini disarankan beberapa petunjuk yang dapat diperguakan sebagai pegangan dalam mendidik dan melatih anak tunarungu:
·         Didiklah anak tunarungu seperti mendidik anak yang mendengar, maksudnya orang tua bersikap sama terhadap anak-anaknya. Adapun caranya bisa berbeda disesuaikan dengan kondisi dan kemampuan anak tunarungu.
·         Libatkanlah anak tunarungu dalam kegiatan keluarga. Jangan mengasingkan anak tuanrungu.
·         Jangan memanjakan anak tunarungu secara belebihan.
·         Berilah anak tunarungu kesempatan bermain seluas mungkin termasuk bermain dalam aktivitas belajar juga.banyak permainan yang secara tidak langsung mempersiapkan diri anak agar kelak dapat hidup dalam bermasyarakat.
·         Anak tunarungu harus diberikan contoh prilaku yang baik.
·         Anak tunarungu perlu dilatih agar senang membantu pekerjaan rumah tangga, seperti membersihkan permainan, menyapu, menyuci, merapikan rak buku/ lemari pakaian.mengerjakan hal-hal yang kecil seperti itu sama halnya dengan membiasakan untuk menerima tanggung jawab.

Untuk mengatasi tantangan tersebut ada empat prinsip yang perlu diperhatikan sebagai pertimbangan untuk mensukseskan pendidikan anak tunarungu.Gallauded (1997) dalam Harris dkk (1997) menyampaikan antara lain :
·         anak tunarungu diharapkan mampu mengakses bereneka ragam lingkungan pendidikan secara luas,
·          para siswa tunarungu diharapkan mampu mengakses semua layanan khusus yang diperlukan untuk pertumbuhan pendidikan normal,
·         siswa dan para orang tua diharapkan mampu mengakses secara bebas pilihan program pendidikan, dan
·         tingginya biaya pendidian anak tunarungu tidak semata-mata disebabkan oleh satu atau beberapa faktor melainkan kompleks.Cohen et.al. dalam Harris dkk (1997) berpendapat bahwa tingkat kemampuan yang rendah anak tunarungu tidak disebabkan karena ketidak mampuan belajar mereka tapi lebih disebabkan adanya problem-problem dalam komunikasi antara guru dan siswa tunarungu. Ini juga disebabkan ketakmampuan mereka mengakses/memahami bahasa dalam setting di kelas. Hal yang paling penting lagi bahwa anak-anak didik secara meinstreming (terintegrasi) harus mampu memahami bahasa yang ada di lingkungan.Para pendidik diharapkan mampu memberikan bantuan pada anak tunarungu dengan mengarahkan mereka pada lembaga bimbingan sebagai bimbingan tambahan. Seorang konselor/pendidik apabila menemui masalah atau kesulitan dalam hal kebahasaan atau komunikasi dengan anak tunarungu, maka ia dapat menggunakan jasa penterjemah bahasa anak tunarungu.

2.      Peningkatan layanan pendidikan dan layanan pendidikan dan latihan bagi anak tunarungu.
·         Bimbingan dan konseling bagi anak tunarungu.
Masalh-masalah bimbingan anak tunarungu bukan karena anak memiliki kelainan (tunarungu) namun karena ia seorang anak yang berkembang. Anak akan menghadapi masalh-masalah yang lain yang juga dihadapi oleh anak-anak yang mendengar, untuk dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan orang yang mendengar. Agar dapat memberikan layanan bimbingan kepada anak tunarungu secara tepat dalam merencanakan dan menentukan masa depannya, dan agar mereka dapat memiliki kehidupan yang layak sehingga dapat mensuport dirinya sendiri ataupun keluarganya maka pendidikan bagi anak tunarungu perlu dilengkapi dengan program bimbingan dan konseling yang biasanya guru menjadi objek pertama memiliki latar belakang pengetahuan mengenai dinamika tingkah laku anak tunarungu.
·         Bimbingan komunikasi kepada anak tuanarungu hambatan dan komunikasi menimbulkan masalah dalam sosialisasi , karena sosialisasi hanay dapat dilaksanakan dengan komunikasi. Dalam kehidupan bermasyarakat sesorang harus memahami kedudukannya, statusnya, hak dan kewajibannya. Bimbingan komunikasi kepada anak tunarungu bertujuan untuk membuka dan memperlancar komunikasi mereka, sehingga akan memperlancar pencapaian tujuan yang dilakukan secara serempak di lingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat.
ü  Bimbingan di lingkungan keluarga antara lain : mengarahkan pergaulan, menanamkan rasa tanggung jawab, latihan memahami perintah, anjuran, ajakan, latihan penghayatan, dan belajar ikut merasakan apa yang dirasakan oleh orang lain, letihan mengungkapkan pendapat, orang tua sebagai pembimbing utama dalam lingkungan keluarga, perlu memahami benar keadaan anaknya.
ü  Bimbingan diligkungan sekolah
Bimbingan yang dilakukan disekolah dapat melalui lomunikasi dalam hal mentaati tata tertib, disiplin, dalam hubungan social yang lebih luas, menanamkan rasa tanggung jawab dalam memikul tugas kelompok maupun individual, sopan santun serta memberikan sesuatu yang baik.pemahaman seorang guru terhadap siswanya secara individual sangat penting, terutama dalam kemampuan dan kecakapan anak dalam bekomunikasi dan sosialisasinya.
ü  Bimbingan di lingkungan masyarakat
Bimbingan komunikasi yang dilakukan di masyarakat dapat melalui kegiatan yang berencana dan terarah. Kegiatan berencana tersebut misalnya yang memberikan peluang untuk berkomunikasi secara bebas., misalnya kegiatan pertandingan-pertandingan olah raga, pementasan seni, pameran, perkemahan dan lain sebagainya. Kegiatan yang sifatnya insidentalpun dapat digunakan sebagai sarana untuk melakukan bimbingan dalam komunikasi secara bebas misalnya mengikut sertakan anak dalam upacara perkawinan, khitanan dan kegiatan lainnya. Kegiatan-kegiatan tersebut tentu tidak bisa lepas dari peran serta orang tua dalam bekerja sama dengan masyarakat sehingga pelaksanaan bimbingan tersebut daapt berjalan dengan lancar dan mencapai tujuan yang diharapkan.

Lingkungan juga mencakup aspek-aspek masyarakat secara keseluruhan yang sangat penting adalah definisi cultural tentang ketunarunguan dan sikap terhadap ketunarunguan . Makna yang diberikan oleh masyarakat terhadap ketunaan juga berdampak besar pada respon individu terhadap ketunaan. Sikap masyarakat dapat termanifestasikan dalam perundang-undangan, maupun dalam penggambaran citra, pendeskripsian dalam bahasa, dan inklusi penyandang ketunaan dalam semua aspek kehidupan. Apabila individu mendapatkan pengalaman negative dalam hal tersebut, maka ketunaannya pun berdampak besar pada kehidupannya. Seorang konselor rehabilitasi harus memahami konteks social, politik, dan budaya dari ketunaan, agar dapat memahami pengalaman individu tersebut.
Gerakan hak azasi penyandang ketunaan, yang dipimpin oleh individu penyandang ketunarunguan , telah memaksakan perubahan social positif yang signifikan bagi para penyandang ketunaan dalam pelayanan, kemandirian, perlindungan hukum, control, pilihan, dan penghormatan. Dengan mengorganisasikan, memaksakan konfrontasi, dan berusaha untuk mengubah system, banyak penyandang ketunaan dapat mengembangkan rasa bangga dan berdaya (Fleischer & Zanies, 2001; Shapiro, 1993). Sayangnya, gerakan hak azasi penyandang ketunaan ini tidak selalu dipandang positif oleh masyarakat umum, oleh profesional, ataupun oleh kelompok penyandang ketunaan tertentu. Ada orang yang merasa kesal dengan kemandirian dan "bossiness" para konsumen ini, atau merasa bahwa kemarahan dan pembangkangan sipil itu tidak pantas, dan beranggapan bahwa para penyandang ketunaan seharusnya berkiprah dalam system yang ada saja.
Konselor harus menelaah sikapnya terhadap ketunaan yang telah diserapnya dari masyarakat umum, maupun perasaannya tentang kemandirian, pilihan, dan kemarahan dari pihak penyandang ketunaan. Setiap konselor perlu mempertimbangkan pertanyaan-pertanyaan ini: Apakah saya menginginkan atau mengharapkan ucapan terima kasih dan kepatuhan dari klien saya? Apakah saya sadar akan hambatan lingkungan, perundang-undangan, dan hambatan social yang dapat mewarnai detail kehidupan sehari-hari seorang individu penyandang ketunaan?
Di dalam masyarakat ini, yang menghargai kemandirian, rasionalitas, dan keindahan fisik, penyandang ketunaan secara signifikan menjadi terdevaluasi (Vash,1981). Devaluasi ini mungkin termanifestasikan dalam bentuk ungkapan rasa kasihan, cemooh, atau pengucilan. Sikap negative masyarakat pada umumnya terhadap ketunaan dapat mempunyai dampak yang signifikan pada konsep diri seorang individu. Dalam kenyataannya, tidak ada demarkasi yang jelas antara persepsi masyarakat tentang ketunaan dengan penyesuaian individu terhadap ketunaannya karena individu menginternalisasikan banyak penilaian dan reaksi masyarakat terhadap ketunaan (Smart, 2001). Harga diri (self-esteem) berkembang secara internal maupun eksternal selama tahap-tahap awal perkembangan. Harga diri seseorang pada umumnya diperoleh dari perilaku dan verbalisasi orang lain (eksternal). Ketika seorang individu sudah matang dan menjadi produktif, kompeten, dan bertanggung jawab, harga diri menjadi proses yang lebih berorientasi internal (Tuttle & Tuttle, 1996). produktivitasnya, dan mampu menjadi anggota masyarakat yang kontributif; maka mereka berjuang untuk mengembangkan internal sources of self-esteem. Seorang konselor mungkin dapat membantu individu dalam mengembangkan kesempatan-kesempatan baru, seperti menjadi relawan atau memperoleh pengalaman kerja, yang dapat meningkatkan rasa memiliki kompetensi dan produktivitas. Di samping itu, konselor mungkin dapat membantu individu dalam mengevaluasi aspek-aspek lain dari kehidupannya yang dapat membuktikan kompetensi dan produktivitasnya, tetapi yang oleh masyarakat pada umumnya tidak dihargai sebagai kerja. Memberdayakan seorang individu untuk mengidentifikasi dan mengukur daya produktivitasnya berdasarkan makna personal, mungkin merupakan sebuah pertimbangan yang penting dalam memberikan konseling kepada individu dengan rasa harga diri rendah.
Sebagian besar anak penyandang ketunaan tumbuh dengan pesan-pesan bahwa mereka tidak sebaik anak tanpa ketunaan, bahwa kelainannya membuat mereka "tidak okay". Akibatnya, banyak penyandang ketunaan memasuki masa dewasa dengan merasa membutuhkan persetujuan dan validasi. Seorang konselor sebaiknya menyadari sikap negative masyarakat terhadap ketunaan dan dampak sikap negative tersebut pada rasa harga diri individu tersebut. 
Banyak orang dewasa penyandang ketunaan tidak mendapat kesempatan untuk membuktikan kompetensi dan produktivitasnya, dan mampu menjadi anggota masyarakat yang kontributif; maka mereka berjuang untuk mengembangkan internal sources of self-esteem. Seorang konselor mungkin dapat membantu individu dalam mengembangkan kesempatan-kesempatan baru, seperti menjadi relawan atau memperoleh pengalaman kerja, yang dapat meningkatkan rasa memiliki kompetensi dan produktivitas. Di samping itu, konselor mungkin dapat membantu individu dalam mengevaluasi aspek-aspek lain dari kehidupannya yang dapat membuktikan kompetensi dan produktivitasnya, tetapi yang oleh masyarakat pada umumnya tidak dihargai sebagai kerja. Memberdayakan seorang individu untuk mengidentifikasi dan mengukur daya produktivitasnya berdasarkan makna personal, mungkin merupakan sebuah pertimbangan yang penting dalam memberikan konseling kepada individu dengan rasa harga diri rendah.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar